SemogaAllah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena hanya manusia saja yang memiliki kebutuhan untuk tujuan hidup dan berhubungan dengan penciptanya. Binatang tidak akan pernah memiliki keinginan untuk

Yesus Kristus disebut RAJA DAMAI. Mengapa dikatakan sebagai Raja Damai? Karena kelahiranNya ke dunia mempunyai misi yang besar yaitu memperdamaikan hubungan Allah dengan manusia, yang sudah terputus oleh karena dosa. Bukan cuma putus, tetapi Allah dengan manusia bermusuhan. Sebab itulah, Dia datang untuk memulihkan hubungan yang sudah terputus tersebut, yaitu melalui kematianNya di atas kayu salib. Sejak itu damai kembali di hati manusia, dan menjadi milik orang yang berkenan kepadaNya. Yesus datang membawa perdamaian, bukan hanya antara manusia dengan Allah, tetapi juga manusia dengan DAMAI SEJAHTERA? Dalam Perjanjian Lama, damai sejahtera dipakai kata “Shalom” yang artinya sejahtera rohani dan jasmani, tubuh sehat, rumah tangga bahagia. Itulah damai yang Tuhan berikan kepada umatNya. Dalam Perjanjian Baru, damai sejahtera dipakai kata “Eirene” yang mengandung arti kesatuan, keharmonisan. Sebab itu, damai dan kerukunan itu tidak bisa dipisahkan. Jika keluarga rukun maka akan ada damai sejahtera sebaliknya jika tidak rukun tidak ada yang namanya damai sejahtera. Damai sejahtera inilah yang dicari manusia. Damai sejahtera sangat penting, namun sayang, damai sejahtera tidak dapat dibeli. Sebab damai sejahtera hanya diberikan oleh Tuhan. Tuhan adalah sumber damai sejahtera, sebab itu jika kita ingin damai sejahtera, kita harus datang kepada sumbernya, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Ketika mau naik ke surga, Dia tinggalkan damai sejahtera itu bagi kita Yoh. 1427 dan damai yang diberikan adalah damaiNya sendiri. Sekarang masalahnya, apakah damai sejahtera itu masih ada di hati kita? Jangan sampai damai sejahtera itu meredup, bahkan hilang dari hati kita. MENGAPA DAMAI SEJAHTERA HILANG? 1. Karena ada DOSA Mzm. 323-5 Dosa adalah penyebab hilangnya damai sejahtera itu. Ada satu prinsip yaitu, damai dan kebenaran tidak bisa dipisahkan, di mana ada kebenaran di situ timbul damai sejahtera Yes. 3217. Jika kita hidup benar, maka damai itu pasti akan mengiringi. Tetapi jika kita tidak berjalan dalam kebenaran, maka damai sejahtera itu akan hilang. 2. TIDAK BERJALAN DALAM PIMPINAN ROH KUDUS Kol. 315 Tuhan telah memberikan pedoman untuk memimpin langkah kehidupan kita, yaitu damai sejahtera yang ada di dalam hati kita. Tetapi seringkali kita abaikan, dan hal ini menyebabkan kita mengalami banyak masalah. Sebab itu, biarlah kita mau ijinkan damai sejahtera itu memimpin langkah kehidupan kita. 3. TIDAK PERCAYA KEPADA FIRMAN ALLAH Yes. 263, 4 Kepercayaan kepada Firman Allah, membuat kita tinggal dalam damai sejahtera. Sebab itu mari kita mau percaya sepenuhnya kepada Firman Allah. Damai sejahtera harus terus ada di dalam kehidupan kita, jangan sampai hilang, sebab kita dipanggil menjadi oleh Tuhan untuk menerima damai sejahtera 1Kor. 715b. Dan biarlah Tuhan mengaruniakan damai sejahtera secara terus menerus di dalam kehidupan kita 2Tes. 316. sumber Gpdi Lembah dieng

Maksudkulebih kepada; biarkanlah orang tersebut yang menentukan apa yang disebutnya kebahagiaan. Biar dia menentukan apa yang membuatnya bahagia sehingga dia merasa bahagia. Syarat-syarat yang ditawarkan Aristoteles di atas menurutku, hanyalah berupa hal-hal yang harus dimiliki manusia agar terhindar dari rasa sakit (perasaan buruk manusia).
Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal ★ PTS IPS Tema 6 SD Kelas 6 / Soal no. 12 dari 15Akibat jika masyarakat tidak sejahtera yaitu … A. pemerintah jadi peduli B. meningkatnya kejahatan C. harga barang diturunkan D. masyarakat amanPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12 Preview soal lainnya PPKn SMA Kelas 10 KD › Lihat soalApapun yang dilakukan pemerintah daerah haruslanh berdasarkan hukum yang berlaku. Pernyataan tersebut merupakan pengertian dari asas … _ A. tertib penyelenggaraan negaraB. kepentingan umumC. kepastian hukumD. keterbukaanE. proporsionalitas Sejarah Kelas XI IPA Semester 2 › Lihat soalNaskah proklamasi kemerdekaan dari Soekarno diketik oleh Sayuti Melik, dengan alasan…. a. agar tidak menimbulkan persepsi yang salah tentang teks proklamasi b. teks proklamasi Sokearno ada yang salah c. tidak dapat dibaca dengan mudah d. kertasnya sangat sederhana e. bahasanya kurang jelas Materi Latihan Soal LainnyaUSBN Matematika SD Kelas 6PTS Bahasa Indonesia Semester 1 Ganjil SD Kelas 5UH 1 PPKn SMP Kelas 9TIK SD Kelas 3Ujian PPKn SMP Kelas 7Masa Pra Aksara - IPS Bab 4 SMP Kelas 7Diagnostik IPS SMP Kelas 7PAI SMK Kelas 10Aqidah Ahlak MI Kelas 6Akuntansi Dagang - Ekonomi SMA Kelas 12 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.

HidupBerpadanan Dengan Panggilan Efesus 4:1-3. Pdm. Markus Budi Rahardjo, Lemah Putro, Minggu, 8 Juii 2018. Shalom, Kita dipanggil menjadi anak-anak Tuhan bukan sekadar untuk diselamatkan dan diberkati dalam segala hal tetapi kita harus hidup berpadanan dengan panggilan seperti dihimbau oleh Rasul Paulus dalam suratnya di Efesus 4:1, “Sebab itu

Hendaklah ”Damai Sejahtera Allah” Menjaga Hati Saudara “[Semoga Yehuwa] menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”​—BILANGAN 626. 1. Tidak lama sebelum kematiannya, apa yang Paulus tulis kepada Timotius, yang menyingkapkan apa? PADA tahun 65 M., rasul Paulus dipenjarakan di Roma. Meskipun ia tidak lama kemudian dihukum mati dengan kejam oleh seorang eksekutor Roma, Paulus merasakan kedamaian batin. Hal ini nyata dari kata-kata yang ia tulis kepada sahabatnya yang lebih muda, Timotius, ketika ia berkata “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya.”​—2 Timotius 47, 8. 2. Apa yang telah menjaga hati Paulus sepanjang hidupnya yang luar biasa, terus sampai kematiannya? 2 Bagaimana Paulus dapat begitu tenang menghadapi kematian? Karena “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal” menjaga hatinya. Filipi 47 Damai sejahtera yang sama ini telah menjaga dia selama tahun-tahun yang penuh kegiatan sejak pertobatan awalnya kepada Kekristenan. Hal itu telah menopang dia ketika ia dikeroyok, dipenjarakan, didera, dan dirajam. Hal itu menguatkan dia pada waktu ia memerangi kemurtadan dan pengaruh Yudaisme. Hal itu telah membantu dia berjuang melawan kuasa-kuasa hantu yang tidak kelihatan. Jelas, hal itu telah menguatkan dia terus sampai ke akhir.—2 Korintus 104, 5; 1121-27; Efesus 611, 12. 3. Pertanyaan-pertanyaan apa diajukan mengenai damai dari Allah? 3 Paulus mengalami betapa kuatnya kuasa dari damai sejahtera ini! Apakah kita dewasa ini dapat belajar apa itu sebenarnya? Apakah hal itu akan membantu kita untuk menjaga hati kita dan meneguhkan kita seraya kita “bertanding dalam pertandingan iman” selama “masa yang sukar” dan genting ini?—1 Timotius 612; 2 Timotius 31. Damai dengan Allah—Bagaimana Hal Itu Telah Hilang 4. Apa saja arti dari kata “damai” dalam Alkitab? 4 Dalam Alkitab kata “damai” mengandung banyak arti. Berikut ini ada beberapa, seperti yang didaftarkan dalam The New International Dictionary of New Testament Theology “Dalam seluruh P[erjanjian] L[ama], [shalohmʹ] damai mencakup keadaan sejahtera dalam arti yang paling luas dari kata itu Hak. 1920; kemakmuran Mzm. 733, NW, bahkan sehubungan dengan orang-orang fasik; kesehatan jasmani Yes. 5718[, 19]; Mzm. 384; perasaan puas . . . Kej. 1515 dsb.; hubungan yang baik antar bangsa-bangsa dan manusia . . . Hak. 417; 1 Taw. 1217, 18; keselamatan . . . Yer. 2911; bandingkan Yer. 1413.” Yang paling penting adalah hubungan penuh damai dengan Yehuwa, yang tanpa itu kedamaian lain apa pun, paling banyak, hanya bersifat sementara dan terbatas.—2 Korintus 1311. 5. Bagaimana damai sejahtera ciptaan Allah pada masa awal diganggu? 5 Pada mulanya, seluruh ciptaan berada dalam hubungan damai dengan Yehuwa dalam arti yang lengkap. Dengan alasan yang baik, Allah menyatakan bahwa semua karya ciptaan-Nya sangat baik adanya. Sesungguhnya, malaikat-malaikat di surga bersorak-sorai menyaksikan hal ini. Kejadian 131; Ayub 384-7 Namun, sayang sekali, perdamaian yang bersifat universal ini tidak bertahan. Perdamaian itu dihancurkan ketika makhluk roh yang sekarang dikenal sebagai Setan, menggoda Hawa, makhluk terbaru di antara ciptaan Allah yang cerdas, agar tidak patuh kepada Allah. Adam, suami Hawa, ikut bersama dia, maka dengan hadirnya tiga pemberontak itu, ketidakserasian muncul di alam semesta.—Kejadian 31-6. 6. Apa akibat hilangnya damai dengan Allah bagi umat manusia? 6 Tidak adanya damai dengan Allah berarti bencana bagi Adam dan Hawa, yang sekarang secara bertahap mengalami kemunduran fisik yang berakhir dengan kematian mereka. Adam tidak lagi menikmati kedamaian di Firdaus, sebaliknya ia harus bersusah payah mengerjakan tanah yang belum diolah di luar Eden untuk memberi makan keluarganya yang bertambah besar. Sebaliknya daripada menjadi ibu yang bahagia dari umat manusia yang sempurna, Hawa melahirkan anak-anak yang tidak sempurna dalam kesakitan dan penderitaan. Tidak adanya damai dengan Allah menimbulkan iri hati dan kekerasan di antara umat manusia. Kain membunuh adiknya, Habel, dan menjelang Air Bah, seluruh bumi dipenuhi dengan kekerasan. Kejadian 37–416; 55; 611, 12 Ketika orang-tua kita yang pertama mati, mereka pasti tidak pergi ke liang kubur dengan perasaan puas, “dengan sejahtera,” sebagaimana halnya Abraham ratusan tahun kemudian.—Kejadian 1515. 7. a Nubuat apa yang Allah ucapkan yang menunjuk kepada dipulihkannya damai sejahtera yang lengkap? b Seberapa berpengaruh musuh Allah, Setan itu? 7 Setelah Adam dan Hawa kehilangan kedamaian, kita menemukan kata permusuhan muncul untuk pertama kali dalam Alkitab. Allah berbicara kepada Setan dan berkata “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kejadian 315 Seraya waktu berlalu, pengaruh Setan bertambah besar sampai pada taraf sehingga rasul Yohanes dapat mengatakan “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” 1 Yohanes 519 Suatu dunia di bawah Setan pastilah tidak berdamai dengan Allah. Maka, dengan tepat sang murid Yakobus mengingatkan umat Kristiani “Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?”—Yakobus 44. Berdamai dalam Dunia yang Bermusuhan 8, 9. Setelah Adam berdosa, bagaimana manusia dapat berdamai dengan Allah? 8 Di Eden dulu, ketika Allah mula-mula menyebutkan kata “permusuhan,” Ia juga menubuatkan bagaimana kedamaian yang lengkap akan dipulihkan kepada makhluk-makhluk ciptaan. Keturunan atau benih perempuan Allah yang dijanjikan akan meremukkan kepala dari perusak kedamaian yang pertama. Sejak zaman Eden dan seterusnya, mereka yang mengamalkan iman dalam janji tersebut menikmati hubungan damai dengan Allah. Bagi Abraham, ini berkembang menjadi persahabatan.—2 Tawarikh 207; Yakobus 223. 9 Pada zaman Musa, Yehuwa membentuk keturunan dari Israel, yaitu cicit Abraham, menjadi suatu bangsa. Ia menawarkan damai sejahtera-Nya kepada bangsa ini, sebagaimana terlihat dari berkat yang diucapkan oleh imam besar Harun atas mereka “[Semoga Yehuwa] memberkati engkau dan melindungi engkau; [semoga Yehuwa] menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; [semoga Yehuwa] menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Bilangan 624-26 Damai sejahtera dari Yehuwa akan menghasilkan imbalan yang limpah, tetapi itu ditawarkan dengan persyaratan. 10, 11. Bagi Israel, damai dengan Allah didasarkan atas syarat apa, dan apa yang akan dihasilkannya? 10 Yehuwa berkata kepada bangsa itu “Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu. Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu.” Imamat 263, 4, 6, 12 Israel dapat menikmati kedamaian dalam arti mereka dilindungi dari musuh-musuh mereka, menikmati kelimpahan materi, dan mempunyai hubungan yang akrab dengan Yehuwa. Akan tetapi ini bergantung kepada kesetiaan mereka terhadap Taurat Yehuwa.—Mazmur 119165. 11 Sepanjang sejarah bangsa itu, orang-orang Israel yang dengan setia berupaya mematuhi hukum-hukum Yehuwa, memang menikmati damai dengan Dia, dan hal itu sering menghasilkan banyak berkat lain. Selama tahun-tahun permulaan pemerintahan Raja Salomo, damai dengan Allah menghasilkan kemakmuran materi dan juga masa bebas perang dengan bangsa-bangsa tetangga Israel. Ketika menggambarkan masa itu, Alkitab berkata “Orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo.” 1 Raja 425 Bahkan ketika permusuhan berkembang dengan negara-negara tetangga, orang-orang Israel yang setia tetap memiliki damai sejahtera yang benar-benar penting, perdamaian dengan Allah. Maka, Raja Daud, seorang pejuang yang terkenal, menulis “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya [Yehuwa], yang membiarkan aku diam dengan aman.”—Mazmur 48. Dasar yang Lebih Baik untuk Perdamaian 12. Bagaimana Israel akhirnya menolak perdamaian dengan Allah? 12 Pada akhirnya, Benih yang akan memulihkan keadaan damai yang selengkapnya tiba dalam pribadi Yesus, dan pada waktu kelahirannya para malaikat bernyanyi “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” Lukas 214 Yesus muncul di Israel, namun meskipun berada di bawah perjanjian Allah, bangsa itu secara umum menolak dia dan menyerahkan dia kepada orang-orang Roma untuk dibunuh. Tidak lama sebelum kematiannya, Yesus meratapi Yerusalem, dengan berkata “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Lukas 1942; Yohanes 111 Karena menolak Yesus, Israel sama sekali kehilangan damai dengan Allah. 13. Cara baru apa yang Yehuwa tetapkan bagi manusia untuk berdamai dengan Dia? 13 Meskipun demikian, maksud-tujuan Allah tidak digagalkan. Yesus dibangkitkan dari antara orang mati, dan ia mempersembahkan kepada Yehuwa nilai dari kehidupannya yang sempurna sebagai tebusan bagi manusia-manusia yang berhati benar. Ibrani 911-14 Korban Yesus menjadi jalan yang baru dan lebih baik bagi umat manusia—bagi Israel dan non-Israel jasmani—untuk memperoleh perdamaian dengan Allah. Paulus berkata dalam suratnya kepada umat Kristen di Roma “Ketika masih seteru, [kita] diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya.” Roma 510 Pada abad pertama, mereka yang berdamai dengan cara ini diurapi dengan roh suci untuk diangkat menjadi anak-anak Allah dan anggota-anggota suatu bangsa rohani yang baru yang disebut “Israel milik Allah.”—Galatia 616; Yohanes 112, 13; 2 Korintus 121, 22; 1 Petrus 29. 14, 15. Gambarkan damai dari Allah, dan jelaskan bagaimana hal ini melindungi umat Kristen sekalipun mereka menjadi sasaran kebencian Setan. 14 Orang-orang Israel rohani yang baru ini akan menjadi sasaran kebencian Setan dan dunianya. Yohanes 1714 Akan tetapi, mereka akan memiliki “damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita.” 2 Timotius 12 Yesus memberi tahu mereka “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”—Yohanes 1633. 15 Inilah damai sejahtera yang telah membantu Paulus dan rekan-rekan Kristianinya bertahan meskipun semua penderitaan yang mereka hadapi. Hal itu mencerminkan hubungan damai yang harmonis dengan Allah yang dimungkinkan oleh korban Yesus. Ini memberikan kepada pemiliknya kedamaian pikiran dan ketenangan karena ia menyadari perhatian Yehuwa kepadanya. Seorang anak yang berada dalam pelukan bapaknya yang penuh kasih mempunyai perasaan damai yang sama, kepastian sepenuhnya bahwa ia dijaga oleh seseorang yang menyayangi dia. Paulus menganjurkan jemaat di Filipi “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”—Filipi 46, 7. 16. Bagaimana perdamaian dengan Allah mempengaruhi hubungan umat Kristen abad pertama terhadap satu sama lain? 16 Salah satu akibat dari hilangnya perdamaian manusia dengan Allah adalah kebencian dan perselisihan. Bagi umat Kristen pada abad pertama, menemukan keadaan damai dengan Allah justru menghasilkan hal sebaliknya perdamaian dan persatuan di antara mereka sendiri, yang Paulus sebut “ikatan damai sejahtera [yang mempersatukan, NW].” Efesus 43 Mereka sehati sepikir dan hidup dalam damai sejahtera, dan Allah sumber kasih dan damai sejahtera menyertai mereka.’ Selain itu, mereka memberitakan “Kabar Baik tentang damai,” yang pada dasarnya adalah kabar baik tentang keselamatan bagi “orang yang layak menerima damai sejahtera,” mereka yang menyambut kabar baik.—2 Korintus 1311; Kisah 1036, BIS; Lukas 105, 6. Suatu Perjanjian Damai 17. Apa yang telah Allah adakan dengan umat-Nya pada zaman sekarang? 17 Apakah damai sejahtera demikian dapat ditemukan dewasa ini? Ya, dapat. Sejak didirikannya Kerajaan Allah di bawah Kristus Yesus yang dimuliakan pada tahun 1914, Yehuwa telah mengumpulkan sisa dari orang-orang Israel milik Allah ke luar dari dunia ini dan mengadakan perjanjian damai dengan mereka. Dengan demikian Ia memenuhi janji-Nya yang diucapkan melalui nabi Yehezkiel “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudusKu di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.” Yehezkiel 3726 Yehuwa mengadakan perjanjian ini dengan umat Kristen terurap yang, seperti halnya saudara-saudara mereka pada abad pertama, mengamalkan iman kepada korban Yesus. Dimurnikan dari polusi rohani, mereka membaktikan diri mereka kepada Bapak surgawi mereka dan berupaya mengikuti perintah-perintah-Nya, yang terutama dengan memelopori pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah yang sudah berdiri ke seluas dunia.—Matius 2414. 18. Bagaimana sambutan orang-orang dari antara bangsa-bangsa ketika mereka menyadari bahwa nama Allah ada pada Israel milik Allah? 18 Nubuat itu selanjutnya berbunyi “Tempat kediamanKupun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, [Yehuwa], menguduskan Israel.” Yehezkiel 3727, 28 Selaras dengan ini, ratusan ribu, ya jutaan orang, dari “berbagai-bagai bangsa” mengakui bahwa nama Yehuwa ada pada Israel milik Allah. Zakharia 823 Dari segala bangsa, mereka datang untuk melayani Yehuwa bersama bangsa rohani itu, membentuk “kumpulan besar” yang dilihat sebelumnya di Wahyu. Karena “telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba,” mereka akan selamat melewati sengsara besar memasuki dunia baru yang penuh damai.—Wahyu 79, 14. 19. Kedamaian apa yang dinikmati umat Allah sekarang? 19 Bersama-sama, Israel milik Allah dan kumpulan besar menikmati kedamaian rohani yang dapat disamakan dengan kedamaian yang dinikmati Israel di bawah Raja Salomo. Mengenai mereka, Mikha menubuatkan “Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Tetapi mereka masing-masing akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya dengan tidak ada yang mengejutkan.” Mikha 43, 4; Yesaya 22-4 Selaras dengan ini, mereka telah meninggalkan peperangan dan pertikaian, secara simbolik menempa pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Dengan demikian, mereka menikmati persaudaraan yang penuh damai dalam masyarakat internasional mereka, tidak soal kebangsaan, bahasa, suku, atau latar belakang sosial mereka. Mereka merasa senang atas kepastian dari penjagaan dan perlindungan Yehuwa. Tidak ada yang mengejutkan mereka.’ Benar, Yehuwa sendiri memberikan kekuatan kepada umat-Nya, Yehuwa sendiri memberkati umat-Nya dengan sejahtera!’—Mazmur 2911. 20, 21. a Mengapa kita harus berupaya memelihara perdamaian kita dengan Allah? b Apa yang dapat kita katakan tentang upaya Setan untuk menghancurkan kedamaian dari umat Allah? 20 Akan tetapi, sebagaimana pada abad pertama M., damai sejahtera hamba-hamba Allah telah menimbulkan kebencian Setan. Setan dilemparkan dari surga setelah Kerajaan Allah berdiri pada tahun 1914, dan sejak itu ia berperang melawan “keturunan yang lain dari wanita itu.” Wahyu 1217, BIS Bahkan pada zaman dia, Paulus mengingatkan “Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan . . . roh-roh jahat di udara.” Efesus 612 Karena Setan sekarang harus tetap tinggal di sekitar bumi, peringatan itu sangat mendesak. 21 Setan telah menggunakan berbagai taktik dalam upayanya untuk menghancurkan kedamaian dari umat Allah, tetapi ia telah gagal. Pada tahun 1919 dahulu, tidak sampai orang yang berupaya melayani Allah dengan setia. Sekarang, lebih dari empat juta orang mengalahkan dunia melalui iman mereka. 1 Yohanes 54 Bagi orang-orang ini, perdamaian dengan Allah dan perdamaian dengan satu sama lain merupakan kenyataan, sebagaimana mereka bertekun menanggung kebencian Setan dan benihnya. Akan tetapi mengingat kebencian ini, dan mempertimbangkan ketidaksempurnaan kita sendiri dan “masa yang sukar” yang kita alami sekarang, kita harus dengan rajin berupaya memelihara damai sejahtera kita. 2 Timotius 31 Dalam artikel berikutnya, kita akan melihat apa yang tercakup dalam hal ini. Dapatkah Saudara Menjelaskan? ◻ Mengapa manusia pada mulanya kehilangan damai dengan Allah? ◻ Bagi Israel, atas apa perdamaian dengan Allah bergantung? ◻ Damai dengan Allah didasarkan atas apa dewasa ini? ◻ Apa gerangan “damai sejahtera Allah” yang menjaga hati kita? ◻ Berkat-berkat selanjutnya apa yang kita nikmati jika kita berdamai dengan Allah?
Ketikaitu terjadi, kita tidak lagi berbicara tentang sebuah cara berkomunikasi yang sederhana – yang bahkan dapat terjadi di antara dua pihak yang tidak memiliki relasi nyata satu dengan lainnya – melainkan sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar komunikasi: dan itu adalah persekutuan. Saya percaya dalam
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 'Tidak akan ada damai di antara negara, jika tidak ada damai di negara, tidak ada damai dalam negara jika tidak ada damai dalam orang-orangnya, tidak ada damai dalam orang-orang jika orang-orang tidak menyerahkan hidupnya ke tangan si Raja Damai'. Demikian ungkap Heyden Robinson, penulis buku Salt And Light. Benar sekali bahwa damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita miliki di dalam Kristus Yesus. Usaha terbaik manusia untuk menggapai damai sejahtera tidak akan pernah sampai pada yang sejati jika bukan di dalam sejahtera itu adalah hak dan sekaligus tanggungjawab setiap orang yang mengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Kolose 315." Damai sejahtera itu bermulanya di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama kita. Orang yang berusaha perform damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera itu tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi pribadi pula, tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup memang mesti menjadi seorang agen pendamaian peace maker bagi dunia ini, untuk itulah saya menerima anugerah pendamaian dari Kristus ini. Saya diperdamaikan untuk membantu orang lain mendapat damai sejati. Tugas utama saya sekarang adalah mengusahakan damai dalam diri saya benar-benar nyata dan sejati. Tidak ada tugas yang lebih mulia daripada tugas pendamaian ini, ini adalah sebuah privilege bagi saya. 1. DAMAI SEJAHTERA KITA DAPAT MELALUI DARAH KRISTUS, PENDAMAIAN MANUSIA BERDOSA DENGAN ALLAH YANG KUDUS Manusia yang hidup dalam dosa tak mungkin memiliki damai sejahtera, mereka itu sudah tertipu, mereka diperbudak Iblis, mereka terpisah dari Allah. Kita menjadi seteru bagi Allah, kita sedang memberontak padaNya. Bayangkan semua kekacauan itu, di mana letak damainya? Tidak ada, tidak mungkin. Maka Kristus datang dan membayar pemberontakan kita itu, Dia mendamaikan kita dengan Allah. Di situlah letak dari pintu kita menuju damai DAMAI SEJAHTERA HARUS DIMULAI DALAM DIRI SENDIRI, SELURUH DIRI KITA DIKENDALIKAN OLEH DAMAI ITUCara kerja damai itu adalah dengan memerintah hati dan pikiran kita, setelah kita menerima Kristus. Menerima Kristus itu tidak pernah berbentuk pasif, itu adalah sesuatu yang aktif, kita aktif memastikan damai sejahtera itu sekarang bertanggungjawab mengatur semua suasana dan keputusan hati saya tidak bekerja dari luar, tetapi dari dalam. Damai saya tidak bergantung pada apa yang sedang terjadi di sekitar saya tetapi apa yang terjadi di dalam hati saya. Saya selalu mesti ingat bahwa darah Kristus telah memperdamaikan saya dengan Allah. Damai sejahtera yang dulu hilang, sejak dosa masuk ke dalam dunia, telah dikembalikan oleh darah itu. Jadi mengapa hidup saya bisa kehilangan damai sejahtera? Jelas penyebabnya adalah bila saya kehilangan pandangan saya akan pengorbanan Kristus, Tuhanku. 3. DAMAI SEJAHTERA BUKAN UNTUK KONSUMSI/KALANGAN SENDIRI, TETAPI MODAL UNTUK HIDUP BERSAMAMeski damai itu harus bermula di internal manusia, tetapi damai itu tidak pernah dimaksudkan untuk kalangan sendiri saja. Kehendak Tuhan Yesus adalah agar kita menjadi peace maker, bukan hanya peace owneratau peace keeper. Kita menegakkan damai Tuhan dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam pergaulan dan dalam segala aspek hidup punya tanggungajawab besar atas hak yang sebesar damai sejahtera Kristus ini. Saya mesti membagikannya dan aktif memakainya dalam setiap apapun yang saya lakukan. Tetapi itu hanya akan otentik jika ternyata memang saya dipenuhi, damai itu meluber dari diri saya kepada sekitar saya. Seperti petugas teller atau security yang ramah dan hormat kepada customer, apakah itu karena mereka orang yang sabar dan rendah hati serta lemah lembut atau hanya tuntutan profesionalisme? Pastinya kalau itu tidak memenuhi dan meluber dari dalam hatinya, maka ia akan sangat kecapekan dan bosan dengan semuanya. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
1 Pengaruh Budaya Asing. Bukannya semua budaya asing itu tidak baik, melainkan khusus budaya asing yang jelek-jeleknya saja. Sebagai mana Anda lihat, bahwa budaya asing yang tidak baik dapat merusak moral pelajar dan masyarakat. Seperti contoh konsumsi narkoba, miras, pembuatan tato, seks bebas, cara berpakaian, dll.
Pada Advent minggu kedua ini kita diingatkan kembali akan istilah “damai sejahtera”, sebuah istilah di dalam Alkitab yang penting serta memiliki makna yang luas dan dalam. Di dalam Perjanjian Lama, kata yang sering diterjemahkan menjadi “damai sejahtera” adalah kata šālôm. Kata šālôm pada dasarnya berarti “keutuhan” wholeness keutuhan yang nyata dan seseorang yang utuh. Dalam hal ini, šālôm mencakup keharmonisan sosial, pertumbuhan yang tidak terhambat, serta perwujudan yang penuh dari jiwa. Selain itu, kata šālôm juga berarti “kesejahteraan” well-being atau welfare. Dalam hal ini, ada penekanan akan hal-hal yang materi, seperti kesehatan tubuh, kemakmuran, dan kecukupan. Ketika šālôm dikaitkan dengan kebersamaan, kata tersebut kurang lebih berarti “damai sejahtera”. Di dalam beberapa bagian Alkitab, šālôm menyatakan hubungan yang bersahabat antar bangsa ataupun antar individu. Dengan demikian, kata šālôm dihubungkan dengan perjanjian. Sebuah perjanjian akan memprakarsai atau memeteraikan kerukunan atau persahabatan Yosua 915, Yehezkiel 3425. Di dalam Kitab Yehezkiel, Allahlah yang mengadakan perjanjian damai, sehingga istilah šālôm bisa terekspresikan dalam relasi antara Allah dengan umat-Nya lihat Yesaya 5410 Meskipun ada arti materi di dalam kata šālôm, tetapi kata šālôm selalu merupakan istilah keagamaan karena semua berkat dipandang datangnya dari Tuhan. Di dalam Hakim-Hakim 624 kata šālôm diterjemahkan sebagai “keselamatan”. Allah menyelenggarakan damai di tempat-Nya yang tinggi Ayub 252, tetapi Allah juga menjanjikan damai bagi kita, memberkati umat-Nya dengan kedamaian, dan menghendaki kesejahteraan dari para hamba-hamba-Nya. Damai yang Allah berikan pastilah serba cukup. Dalam pesan-pesan nubuatan di Kitab para nabi, šālôm adalah istilah kunci yang menggambarkan nabi yang asli dibandingkan dengan mereka yang menjanjikan damai sejahtera yang palsu. Nabi Yehezkiel, contohnya, menghadapi nabi-nabi palsu yang seperti ini. Yehezkiel 1316. Nabi yang asli akan menubuatkan tentang šālôm Yeremia 289. Permasalahan tentang nabi palsu bukanlah karena tidak ada pesan yang sejati tentang damai sejahtera, namun bahwa mereka menafsirkan damai sejahtera sebagai sesuatu yang murni bersifat politis, mengabaikan dosa umat Allah, dan oleh karena itu gagal untuk melihat atau menyerukan penghakiman yang akan datang. Kekalahan Israel pada tahun 597 dan 586 membuka pintu bagi janji damai sejahtera yang sejati dari Allah di dalam pengertian yang lebih luas dan lebih penuh. Oleh karena itu Nabi Yeremia menyerukan bahwa rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera Yeremia 2911 dan Nabi Yehezkiel menyatakan bahwa Allah akan mengadakan perjanjian damai Yehezkiel 3425. šālôm bukan hanya berarti tidak adanya perang atau konflik, namun juga damai sejahtera yang dikaitkan dengan hidup benar di hadapan Allah dengan menaati perintah-perintah-Nya Yesaya 4818 dan menjadi murid Tuhan Yesaya 5413. Janji akan šālôm di dalam pengertian yang lebih luas juga berkaitan dengan pengharapan eskatologis. Ketika pemulihan Firdaus dinubuatkan, perdamaian antar bangsa dijanjikan Yesaya 23-4, dan raja yang membawa damai akan datang Zakharia 99-10. Mesias yang dijanjikan akan menjadi Raja Damai Yesaya 95 dan akan menjaga serta menjamin damai sejahtera yang abadi Yesaya 96 – karena Dialah damai sejahtera itu sendiri Mikha 55. šālôm jarang sekali dimaksudkan sebagai sesuatu yang individualis. Shalom selalu menemukan perwujudan keluar secara sosial. Dalam Perjanjian Baru istilah eirḗnē Yunani dipakai untuk menerjemahkan istilah šālôm. Eirḗnē secara terutama menyatakan sebuah status, bukan sebuah relasi ataupun sikap. Kata eirḗnē pertama-tama digunakan dalam salam pembuka di dalam kisah Injil dan di dalam penulisan surat-surat serta salam penutup 1 Pet 514. Sejalan dengan Perjanjian Lama, kata eirḗnē pun digunakan ketika menyebutkan mengantar kepergian Markus 534, Kis. 1533. Namun arti yang sesungguhnya dalam Perjanjian Baru tentunya memiliki pengertian yang lebih dalam tentang keselamatan. Hal ini mencakup kerukunan antar manusia Kis. 726 dan juga damai dengan Allah. Eirḗnē dalam arti yang paling luas berarti suatu kondisi yang normal akan segala hal. Di dalam 1 Korintus 1433 Rasul Paulus menyatakan bahwa damai sejahtera adalah kondisi yang seharusnya terjadi, kontras dengan kebingungan yang diakibatkan oleh nubuatan yang kacau di Korintus. Damai sejahtera adalah sesuatu yang Allah kehendaki, bukan hanya bagi jiwa manusia, tetapi bagi seluruh ciptaan. Istilah eirḗnē juga berarti keselamatan eskatologis atas manusia seutuhnya. Pengertian ini didasarkan atas pengertian akan istilah šālôm di dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu, di dalam Lukas 179 eirḗnē adalah keselamatan eskatologis yang dinanti-nantikan. Di dalam Lukas 214 dinyatakan bahwa damai sejahtera adalah keselamatan yang sekarang telah datang ke dalam dunia. Damai sejahtera telah datang sebagai sebuah peristiwa sejarah di dalam pribadi Kristus Wahyu 1210. Kristus adalah raja damai sejahtera Ibrani 72, Injil adalah Injil damai sejahtera Efesus 615. Kristus meninggalkan damai sejahtera bagi murid-murid-Nya Yohanes 1427, yang akan menolong mereka menghadapi penderitaan akibat penganiayaan yang akan mereka alami Yohanes 1633. Ketika para murid pergi di dalam nama Kristus, mereka menawarkan damai sejahtera Lukas 105-6. Kita harus berusaha hidup damai dengan semua orang Ibrani 1214. Damai sejahtera akan memelihara hati dan pikiran kita Filipi 47 dan memerintah dalam hati kita Kolose 315, meski dalam relasi dengan sesama terkadang mungkin akan menghasilkan sesuatu yang bertentangan dengan damai Matius 1034-35. Makna lain bagi eirḗnē adalah damai sejahtera bagi jiwa. Roma 1513 menyatakan bahwa damai sejahtera bagi jiwa dimungkinkan hanya oleh karya keselamatan Allah yang memulihkan kita. Istilah eirḗnē dalam Perjanjian Baru juga berarti damai dengan Tuhan. Hukum Taurat telah memisahkan orang Yahudi dengan orang Yunani serta memisahkan Israel dengan Allah, dan Kristus sebagai damai sejahtera telah memulihkan kedua relasi tersebut, karena Dia telah meruntuhkan tembok permusuhan dengan memperdamaikan kita dengan Allah Efesus 214-18, Roma 51. Selain itu, istilah eirḗnē juga berarti damai antara satu dengan yang lain. Ketika Paulus dalam Roma 1417 berkata bahwa Kerajaan Allah adalah soal damai sejahtera, dia menyatakan bahwa peraturan Allah adalah peraturan yang tidak melibatkan kejahatan dan perselisihan, oleh karena itu Paulus mengundang kita untuk mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera ay. 19, baik dengan saudara seiman maupun dengan semua orang. Sebagai kesimpulan, hidup yang memiliki damai sejahtera yang sejati adalah sebuah hidup yang utuh yang hanya bisa didapatkan di dalam Kristus. Ketika kita menerima Kristus, kita menyadari bahwa kita hidup di dalam kesejahteraan. Hati kita dipenuhi dengan kecukupan karena kita menyadari bahwa Allah telah begitu memberkati kita. Jiwa kita tenang karena kita telah didamaikan dengan Allah serta memiliki relasi yang intim dengan-Nya di setiap waktu. Dalam hubungan kita dengan Allah, kita mengalami pertumbuhan rohani di dalam keserupaan dengan Kristus. Selain itu, kita bebas dari rasa bersalah dan hukuman karena kita hidup kudus dan benar sesuai Firman Allah. Jiwa kita juga tenang karena kita memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga, saudara seiman, rekan sekerja atau rekan bisnis, komunitas dimana kita tinggal, bahkan dengan semua orang. Tidak ada konflik, perselisihan, atau dendam, namun sebaliknya, kita mengisi hidup dengan mengusahakan kesejahteraan bagi mereka. Kita juga memiliki pengharapan pasti akan keselamatan kita dan oleh karena itu kita tidak takut akan penghakiman yang akan datang. Kita siap menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya.*[YS]
. 403 107 249 36 434 188 404 344

apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki damai sejahtera